Rabu, 18 Januari 2012
Seekor ikan purba yang ditangkap ketika tersangkut kail milik nelayan bernama Yustinus Lamaha dan Delfie diperairan Teluk Manado, pada tanggal 19 Mei 2007 yang lalu telah membuat gempar peserta dari berbagai negara yang ikut dalam ajang World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI) Summit, 11-15 Mei 2009 yang diselenggarkan di Manado.
Pasalnya, ikan yang diketahui para ilmuwan dunia itu, sejenis “Latimeria menadoensis” atau Coelacanth, merupakan ikan purba yang sebenarnya sudah dianggap punah sejak 65 juta tahun lalu.
Menurut data berbagai sumber, Coelacanth diartikan sebagai “duri yang berongga” berdasarkan kata Yunani coelia, “berongga” dan acanthos, “duri”. Ini merujuk pada fisiknya yang berduri pada sirip yang berongga.
Coelacanth adalah ikan yang berasal dari sebuah cabang evolusi tertua yang masih hidup dari ikan berahang. Diperkirakan sudah punah sejak akhir masa Cretaceous 65 juta tahun lalu, sampai sebuah spesimen ditemukan di Timur Afrika Selatan, di perairan Sungai Chalumna tahun 1938.
Namun, sejak itu Coelacanth ditemukan di Komoro, perairan Pulau Manado Tua di Sulawesi, negara Kenya, Tanzania, Mozambik, Madagaskar dan Taman Llaut St Lucia di Afrika Selatan.
Di Indonesia, khususnya di sekitar Manado, spesies ini oleh masyarakat lokal dinamai ikan raja laut. Coelacanth terdiri dari sekitar 120 spesies yang diketahui berdasarkan penemuan fosil. Sampai saat ini, telah ada dua spesies hidup Coelacanth yang ditemukan yaitu Coelacanth Komoro, Latimeria chalumnae dan Coelacanth Sulawesi, Latimeria menadoensis.
“Hingga tahun 1938, ikan yang berkerabat dekat dengan ikan paru-paru ini dianggap telah punah semenjak akhir masa Cretaceous, sekitar 65 juta tahun yang silam,” kata Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan Unsrat Manado, Prof KWA Masengie.
Menurut dia, ada seorang iktiologis (ahli ikan), Dr JLB Smith kemudian mendeskripsi ikan tersebut dan menerbitkan artikelnya di jurnal Nature pada tahun 1939.
Ia memberi nama Latimeria chalumnae kepada ikan jenis baru tersebut, untuk mengenang sang kurator museum dan lokasi penemuan ikan itu.
Pencarian lokasi tempat tinggal ikan purba itu selama belasan tahun berikutnya kemudian mendapatkan perairan Kepulauan Komoro di Samudera Hindia sebelah barat sebagai habitatnya, di mana beberapa ratus individu diperkirakan hidup pada kedalaman laut lebih dari 150 meter.
Di luar kepulauan itu, sampai tahun 1990-an beberapa individu juga tertangkap di perairan Mozambik, Madagaskar dan juga Afrika Selatan. Namun semuanya masih dianggap sebagai bagian dari populasi yang kurang lebih sama.
Pada tahun 1998, enam puluh tahun setelah ditemukannya fosil hidup Coelacanth Komoro, seekor ikan raja laut tertangkap jaring nelayan di perairan Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara.
Ikan ini sudah dikenal lama oleh para nelayan setempat, namun belum diketahui keberadaannya di sana oleh dunia ilmu pengetahuan. Ikan purba itu secara fisik mirip Coelacanth Komoro, dengan perbedaan pada warnanya.
Ketika ikan itu ditangkap dengan jenis yang lain oleh dua nelayan di Manado, informasinya langsung menghebohkan warga hingga ke telinga Gubernur Sulut, SH Sarundajang. Gubernur Sulut SH Sarundajang selaku penggagas pelaksana WOC, langsung mencari ikan tersebut dengan mengundang sejumlah peneliti dari berbagai akademisi, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Ikan tersebut langsung diamankan di Dinas Kelautan dan Perikanan Sulut, disimpan di “cold storage”, agar bisa terus bertahan hingga pelaksanaan WOC dan kepentingan ilmiah.
Manado Ocean Declaration (MOD) sudah disepakati pada WOC yang diikuti ribuan peserta dari 80 lebih negara di Manado, serta telah mencatat sejarah tentang penyelamatan laut dan konservasinya.
Namun, keberadaan ikan purba yang ternyata masih berada di perairan di dunia ini tetap mencuatkan ide, agar Coelacanth jadi maskot WOC.
Koordinator Media Center WOC Roy Tumiwa di Manado, mengatakan, ikan purba itu sudah dijadikan bahan diskusi di tingkat pemerintah dan stakeholder kelautan.
Keberhasilan menyelenggarakan WOC telah menjadikan Kota Manado terkenal ke berbagai penjuru dunia. Namun, akan lebih terkenal lagi, bila ikan purba coelancanth kelak dijadikan maskot WOC.
Tempat Pengaduan
Jika ada link yang failed atau corrupt silahkan adukan di :
087781893577
@wsaifudin01
21DAB76A
Popular Posts
-
www.ilmuwawasankita.blogspot.com - Berikut Ini kami ingin menyajika rangkuman tenang beberapa blue print bus dan lain-lain, terutama bus-bu...
-
Cara PasangGuestbook dari Shoutcamp – Memasang widget buku tamu atau guestbook di blog sepertinya sudah jadi hal yang wajib. Semenjak ...
-
Kami sedang mencoba mengcustom mod MB 917 HT ,dan berikut ini hasilnya gambar pertama adalah kombinasi antara threebal dan trintin...
-
kali ini kami akan memposting mod editan dari kami ,seperti gambar dibawah ini ok..... Base : Bibing Sugana Edited : Wahy...
-
www.ilmuwawasankita.blogspot.com -Kali Ini Saya ingin memberi kalian desain Papercraft Bus Indonesia , Dari Karoseri Laksana-Mercedez Benz ,...
-
Created ; ?????? Edited : Wahyu Saifudin Link : http://www.mediafire.com/i/?igo0gw6p60v5hp7
-
By : Wahyu Saifudin Link : http://www.mediafire.com/download.php?i1th391mj5b1uxw Password rar : efway_v1
-
Copyright GameModding Download : Mercedez Benz Actros 2 LownBrawn
-
This map is a special map of Indonesia, which made khusu by Indonesia. in this map a lot of roads that are difficult to pas...
-
Rage-SKIDROW Release name: Rage-SKIDROW Size: 18482.3 MB in 221 files Region: USA Genre: Action / Modern FPS Publisher: Bethesda Soft...
Anda Berada di : Home > Terselubung > Ketika Dunia Gempar Ikan Purba Tangkapan Yustinus dari Manado
Ketika Dunia Gempar Ikan Purba Tangkapan Yustinus dari Manado
Diposting oleh Unknown di 00.19
Label: Terselubung
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Wahyu Saifudin Blogger Mohon Sopan Dalam Blogging Terima Kasih. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar